Epiphylum Anguliger1

Jumat, 24 Januari 2014

Air Terjun Batu Dinding, Kampar

Mongabay Travel: Air Terjun Batu Dinding, Keindahan Tersembunyi Kabupaten Kampar....
Air terjun batu dinding. Foto: Made Ali
Air terjun batu dinding. Foto: Made Ali

Hampir tiga jam, disuguhi deretan perkebunan kelapa sawit, jejeran rumah-rumah penduduk, dan hilir mudik kendaraan, Mongabay-Indonesia akhirnya tiba di Desa Tanjung Belit, Kecamatan Kampar Kiri Hulu, Kabupaten Kampar, siang itu dari Pekanbaru bertarikh 19 Januari 2014.
Pohon kelapa gagah berdiri tegak di antara rumah-rumah warga. Rumput-rumput hijau bertebaran di samping dan di halaman rumah warga atau di samping kiri-kana jalan bersemen lebar dua meter.
Seekor kerbau berwarna coklat memakan rumput tanpa peduli kendaraan roda dua hilir mudik. Empat meter dari si kerbau, di balik pohon kelapa, rimbunan pohon bambu, suara arus sungai Subayang terdengar. Dengan lebar sekira 25 meter, di kiri kanan sungai Subayang berdiri tegak rimbunan pohon-pohon nan hijau.
Penanda lokasi objek eko wisata batu dinding. Foto: Made Ali
Penanda lokasi objek eko wisata batu dinding. Foto: Made Ali
Saat hendak menaiki perahu panjang terbuat dari kayu digerakkan mesin, warga sedang mandi di sungai, tanpa mempedulikan kehadiran kami, mereka asyik mengguyur air sungai Subayang.
Perahu melaju, meliuk-liuk mengikuti alira sungai Subayang. Bukit-bukit tertutup pohon-pohon hijau, terihat sepanjang perjalanan. Kian mendekat, hijaunya kian terang.
Dua menit berlalu, kami benar-benar dikelilingi pepohonan nan hijau berderet, berbaris di atas bukit-bukit. Tak ada lagi rumah warga kelihatan. Sesekali perahu-perahu hilir mudik melintas. Kala ombaknya terkena, perahu kami terasa oleng.

Perahu dari kayu melintasi hutan dan sungai sebayang. Foto: Made Ali.
Perahu dari kayu melintasi hutan dan sungai sebayang. Foto: Made Ali.
Perahu melambat, menghindar bebatuan. Tak jauh dari bebatuan besar itu, perahu berhenti di pinggiran, dekat batu besar berdiri tegak menyerupai dinding. Warga menyebutnya: Batu Dinding. Tak ada papan nama.
Suara air terjun terdengar, begitu mesin perahu dimatikan. Jalan tanah becek berwarna kecoklatan. Deretan tulisan terbuat dari kayu beratap seng tertulis: Selamat Datang di Areal Objek Wisata Batu Dinding. Papan nama itu dibuat oleh Kelompok Kerja Batu Dinding.
Belum sampai lima menit, menaiki bukit, perahu dan aliran sungai tak lagi kelihatan. Hanya pepohonan mengelilingi perjalanan dan suara air terjun. Suara air terjun, kian terdengar keras.
Hampir dua puluh menit, sekitar 1.143 langkah kecil berjalan menaiki dan menuruni bukit, tersembunyi dan dikelilingi pepohonan nan hijau.

Hutan di sekitar Sungai Subayang. Foto: Made Ali
Hutan di sekitar Sungai Subayang. Foto: Made Ali
Derasnya gumpalan air turun dari dinding berbatu menghantam genangan air di bawahnya, dan airnya mengalir turun ke bawah sambil menghantam bebatuan keras, berbunyi di tengah belantara hutan.
Satu jam menikmati air terjun sambil bersantap nasi bungkus, bebatuan, aliran air, dan orang-orang yang berenang dan tentu saja: hijaunya pepohonan mengelilingi air terjun.
Satu pemandangan mengusik mata, di samping pondokan itu: sampah plastik bekas makanan minuman berserakan di samping tempat sampat terbuat dari drum. Meski ada papan bertuliskan buanglah sampah pada tempatnya!
Kelompok Kerja Batu Dinding bersama rombongan WWF Riau memungut sampah, memasukkan dalam kantong goni. Sejenak, air terjun batu dinding bersih dari sampah.
Membersihkan sampah, salah satu kegiatan Kelompok Kerja Batu Dinding bentukan dari masyarakat Desa Tanjung Belit. “Selain memungut sampah, membuat trek jalan agar bisa dilalui pengunjung, membuat plang nama sebagai petunjuk dan pondokan untuk pengunjung beristirahat,” kata Mahwel, 20 tahun, Ketua Kelompok Kerja Batu Dinding, asli dari Desa Batu Dinding.

Sisi lain pemandangan air terjun batu dinding. Foto: Made Ali
Sisi lain pemandangan air terjun batu dinding. Foto: Made Ali
Ekowisata Air Terjun Batu Dinding, sepenuhnya dikelola oleh masyarakat Desa Tanjung Belit.
Menurut Mahwel, setiap minggu, hampir dua juta rupiah pemasukan untuk Tanjung Belit. “Belum lagi, kalau hari-hari tanggal merah dan libur panjang. Lumayan ramailah,” katanya.
Melihat pengunjung kian ramai dan objek wisata batu dinding terjaga, masyarakat Desa Batu Dinding melalui pemerintah desa membentuk Peraturan Desa pada November 2013. “Isinya dilarang menebang pohon, merusak fasilitas dan berbuat maksiat saat berada di objek wisata dan hutan ini tak boleh dimiliki oleh seseorang,” kata Zulfihas sekretaris Desa Tanjung Belit. ”Perdesa ini juga membantu kas desa.”
Salah satunya mereka tak boleh merusak hutan, karena adat mereka meralang. Desa Tanjung Belit bagian dari wilayah adat kekalifahan Kuntu, yaitu kalifah ujung bukit.
Sebelum ramai pengunjung dan kelompok kerja terbentuk, awalnya Mahwel mengajak pemuda di kampungnya sekitar 15 orang terdiri atas perempuan dan lelaki. Mereka membuat jembatan manual agar bisa dilalui pengunjung dan memungut sampah.
“Tujuan saya mengembangkan eko wisata tanpa merusak alam,” kata Mahwel, saat mengajak kawan-kawannya, ia merogoh kocek sendiri untuk merawat alam. Agar terorganisir, terbentuklah Kelompok Kerja Batu Dinding pada 21 Februari 2013. Tugas mereka, menjaga dan merawat alam untuk ekowisata.”Harapan terbesar saya, ekowisata ini dikenal oleh dunia.”
Esoknya,kami kembali ke Pekanbaru meninggalkan Sungai Subayang, hutan alam bukit rimbang baling dan air terjun batu dinding nan di tengah hutan, sambil mengenang, warga menyebutnya sambal kacau, ikan ditumbuk lantas dicampur dengan cabe hijau dan bumbu lainnya lantas dikacau.


Jumat, 03 Januari 2014

Saat berkunjung ke Yogyakarta, saya sebenarnya tak mengetahui banyak tentang lokasi pantai sekitar yang menarik untuk dikunjungi. 
Bukit karang yang bisa dijelajah dan dinikmati pantai dari angle yang berbeda.
Pantai Indrayanti - Yogyakarta

Pantai Indrayanti - Yogyakarta
Beruntung salah satu teman perjalanan dan juga info lebih dalam lagi dari pak supir yang mengantar kita, akhirnya saya pun berkesempatan menyusuri sepanjang Gunung Kidul dan menikmati pilihan berbagai pantai. Pantai Indrayanti terletak di wilayah Wonosari antara Pantai Sundak dan Pantai Siung pun menjadi pantai tujuan saya.
 
Pantai Indrayanti -Yogyakarta
Saat akan terbenam, sinar matahari memberi kilau dari air pantai yang bening dan bersih.
Untuk menuju ke pantai yang sebenarnya bernama Pantai Pulang Syawal ini dengan mobil tak terlalu sulit. Mengikuti rute jalan ke arah kota Wonosari, dari situ ikuti jalan dengan mengikuti panduan jalan ke arah Pantai Baron (Jalan Baron). Ikuti jalan sekitar 20 km ke depan, maka pantai yang juga sering disebut sebagai Pantai Pulsa (Singkatan dari Pulang Syawal) ini bisa langsung ditemui.

Ada dua titik pemberhentian di mana kita bisa menikmati pantai yang terletak di Kecamatan Tepus ini. Yang pertama adalah tempat yang menjadi “pusat komersial”, yang merupakan awal mula nama Pantai Pulang Syawal ini menjadi Pantai Indrayanti. Jika menikmati keindahan pantai dari sini, ada banyak saung yang dibangun agar kita bisa berleye-leye di saung tersebut sambil menyantap makanan yang disajikan di beberapa restoran di situ. Namun, tempat ini bisa dibilang sepi. Saya bersama teman-teman pun memilih titik yang satu lagi. Sedikit agak jauh (sekitar 500 m ke depan), pesisir pantai yang diapit oleh dua tebing karang menjadi tempat yang ideal untuk menikmati pantai Indrayanti. Ada beberapa hal yang membuat pantai ini tidak kalah dengan pantai-pantai di Bali.

Pantai Pulang Syawal/Indrayanti yang bersih.
Pantai pasir putih nan bersih
Yang membuat pemandangan Pantai Indrayanti ini cantik untuk dilihat dan dinikmati adalah hamparan pasir putih dari satu bukit karang ke bukit karang. Kebersihan pantai pun terlihat sangat dijaga karena jarang terlihat sampah bertebaran. Tampaknya para pengunjung cukup tertib untuk tidak membuat sampah sembarang.

Air pantai pun sangat jernih sehingga pantulan langit berwarna biru dan sinar matahari membuat air pantai terlihat bening.

Yang sedikit agak membedakan adalah tekstur pasir putihnya yang agak besar dan kasar, tidak butiran kecil yang halus. Sehingga jika ingin menyusuri sepanjang pesisir, ada baiknya menggunakan sepatu karet agar telapak tidak tergores oleh serpihan pasir yang kadang tajam.

 

Pantai putih pantai yang bertekstur kasar.Lanskap indah
Waktu ideal untuk mengunjungi Pantai Indrayanti adalah menjelang matahari terbenam sekitar jam 4 atau 5 sore saat terik matahari sudah tidak terlalu panas. Sepoi angin dari pantai pun memberi kenikmatan tersendiri.

Menunggu matahari terbenam, kita bisa menyusuri bukit karang yang ada di sebelah kiri pantai. Pemandangan pantai dari titik tinggi sangat menakjubkan. Awan dan pantai biru terlihat seperti lukisan. Kilauan air dari pantulan sinar matahari juga akan membuat rasa kagum. Sepintas memang seperti sedang berada di salah satu tebing di Jimbaran, Bali.

Seperti juga saat menyusuri pesisir pantai, untuk menanjak, alas kaki sebaiknya dipilih yang tidak licin dan mempunyai sol tebal agar nyaman dan aman. Walau sudah dibuatkan tangga setapak, tetapi sebaiknya berjaga-jaga.

Fasilitas lengkap
Selain dua hal di atas, ada hal pendukung yang membuat pantai Indrayanti semakin nikmat untuk dinikmati. Kelengkapan fasilitas saat berekreasi yang cukup lengkap. Ada beberapa warung yang menyiapkan saung menghadap pantai sehingga jika lapar atau malas berjalan, kita bisa memesan makanan dan kelapa muda di dalam saung sambil menikmati pemandangan pantai atau suasana matahari terbenam.

Ada juga penyewaan payung sehingga kita bisa berteduh dari terik matahari yang mencorong dan jika membawa makanan sendiri, bisa sampai menyantap makanan tersebut.

Selain itu, ada juga penyewaan jetski jika ingin menjelejah pantai dan juga beberapa penginapan buat yang ingin menginap. Dan, yang paling penting, tersedianya toilet umum yang bersih dan lengkap sehingga kita berganti baju atau berbilas setelah bermain di pantai.

Tiga Hal Yang Bisa Dinikmati Di Pantai Indrayanti

Saat berkunjung ke Yogyakarta, saya sebenarnya tak mengetahui banyak tentang lokasi pantai sekitar yang menarik untuk dikunjungi. 
Bukit karang yang bisa dijelajah dan dinikmati pantai dari angle yang berbeda.
Pantai Indrayanti - Yogyakarta

Pantai Indrayanti - Yogyakarta
Beruntung salah satu teman perjalanan dan juga info lebih dalam lagi dari pak supir yang mengantar kita, akhirnya saya pun berkesempatan menyusuri sepanjang Gunung Kidul dan menikmati pilihan berbagai pantai. Pantai Indrayanti terletak di wilayah Wonosari antara Pantai Sundak dan Pantai Siung pun menjadi pantai tujuan saya.
 
Pantai Indrayanti -Yogyakarta
Saat akan terbenam, sinar matahari memberi kilau dari air pantai yang bening dan bersih.
Untuk menuju ke pantai yang sebenarnya bernama Pantai Pulang Syawal ini dengan mobil tak terlalu sulit. Mengikuti rute jalan ke arah kota Wonosari, dari situ ikuti jalan dengan mengikuti panduan jalan ke arah Pantai Baron (Jalan Baron). Ikuti jalan sekitar 20 km ke depan, maka pantai yang juga sering disebut sebagai Pantai Pulsa (Singkatan dari Pulang Syawal) ini bisa langsung ditemui.

Ada dua titik pemberhentian di mana kita bisa menikmati pantai yang terletak di Kecamatan Tepus ini. Yang pertama adalah tempat yang menjadi “pusat komersial”, yang merupakan awal mula nama Pantai Pulang Syawal ini menjadi Pantai Indrayanti. Jika menikmati keindahan pantai dari sini, ada banyak saung yang dibangun agar kita bisa berleye-leye di saung tersebut sambil menyantap makanan yang disajikan di beberapa restoran di situ. Namun, tempat ini bisa dibilang sepi. Saya bersama teman-teman pun memilih titik yang satu lagi. Sedikit agak jauh (sekitar 500 m ke depan), pesisir pantai yang diapit oleh dua tebing karang menjadi tempat yang ideal untuk menikmati pantai Indrayanti. Ada beberapa hal yang membuat pantai ini tidak kalah dengan pantai-pantai di Bali.

Pantai Pulang Syawal/Indrayanti yang bersih.
Pantai pasir putih nan bersih
Yang membuat pemandangan Pantai Indrayanti ini cantik untuk dilihat dan dinikmati adalah hamparan pasir putih dari satu bukit karang ke bukit karang. Kebersihan pantai pun terlihat sangat dijaga karena jarang terlihat sampah bertebaran. Tampaknya para pengunjung cukup tertib untuk tidak membuat sampah sembarang.

Air pantai pun sangat jernih sehingga pantulan langit berwarna biru dan sinar matahari membuat air pantai terlihat bening.

Yang sedikit agak membedakan adalah tekstur pasir putihnya yang agak besar dan kasar, tidak butiran kecil yang halus. Sehingga jika ingin menyusuri sepanjang pesisir, ada baiknya menggunakan sepatu karet agar telapak tidak tergores oleh serpihan pasir yang kadang tajam.

Pantai putih pantai yang bertekstur kasar.Lanskap indah
Waktu ideal untuk mengunjungi Pantai Indrayanti adalah menjelang matahari terbenam sekitar jam 4 atau 5 sore saat terik matahari sudah tidak terlalu panas. Sepoi angin dari pantai pun memberi kenikmatan tersendiri.

Menunggu matahari terbenam, kita bisa menyusuri bukit karang yang ada di sebelah kiri pantai. Pemandangan pantai dari titik tinggi sangat menakjubkan. Awan dan pantai biru terlihat seperti lukisan. Kilauan air dari pantulan sinar matahari juga akan membuat rasa kagum. Sepintas memang seperti sedang berada di salah satu tebing di Jimbaran, Bali.

Seperti juga saat menyusuri pesisir pantai, untuk menanjak, alas kaki sebaiknya dipilih yang tidak licin dan mempunyai sol tebal agar nyaman dan aman. Walau sudah dibuatkan tangga setapak, tetapi sebaiknya berjaga-jaga.

Fasilitas lengkap
Selain dua hal di atas, ada hal pendukung yang membuat pantai Indrayanti semakin nikmat untuk dinikmati. Kelengkapan fasilitas saat berekreasi yang cukup lengkap. Ada beberapa warung yang menyiapkan saung menghadap pantai sehingga jika lapar atau malas berjalan, kita bisa memesan makanan dan kelapa muda di dalam saung sambil menikmati pemandangan pantai atau suasana matahari terbenam.

Ada juga penyewaan payung sehingga kita bisa berteduh dari terik matahari yang mencorong dan jika membawa makanan sendiri, bisa sampai menyantap makanan tersebut.

Selain itu, ada juga penyewaan jetski jika ingin menjelejah pantai dan juga beberapa penginapan buat yang ingin menginap. Dan, yang paling penting, tersedianya toilet umum yang bersih dan lengkap sehingga kita berganti baju atau berbilas setelah bermain di pantai.

Kamis, 02 Januari 2014

Kembang Api Dubai 2014

Sesuai dengan rencana, Dubai berhasil memecahkan rekor dunia dengan mewarnai langit lewat kembang api yang diluncurkan pada seluruh penjuru kota. Termasuk ikon-ikonnya; Burj Khalifa, Palm Jumeirah, dan Pulau World.

Kembang Api Dubai yang Berhasil Memecahkan Rekor
Dubai celebrates New Year with a fireworks record attempt
Fireworks at the Burj Khalifa, Downtown Dubai marked the start of 2014. Thousands turned out to see the spectacular display.

Dubai celebrates New Year with a fireworks record attempt
Fireworks Dubai 2014
Dubai celebrates New Year with a fireworks record attempt
Kembang Api Dubai 2014







KOlam Renang Alami

Kolam Renang Alami yang menkajubkan